Jumat, 20 Maret 2009

ilmufikih


Pemeliharaan Al-Qur'an

 Ada sebuah janji di dalam Al-Qur�an bahwa Allah s.w.t. akan memelihara Islam saat menghadapi bahaya dan percobaan seperti diungkapkan dalam ayat:
�Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya�. (QS.Al-Hijr(15):10).
Sesuai dengan janji tersebut maka Allah yang Maha Perkasa akan menjaga Firman-Nya dengan empat cara. Pertama, melalui daya ingat mereka yang telah menghafal keseluruhan Al-Qur�an sehingga keutuhan teks dan urutannya tetap terjaga.
Pada setiap zaman terdapat ratusan ribu orang yang menghafalkan Al-Qur�an di luar kepala dimana jika ada yang menanyakan satu kata saja, mereka ini dapat mentilawatkan kalimatnya.

Tafsir Surah Al Fatihah Bag.1 PDF Print E-mail

Adapun tafsir-tafsir yang kami publikasikan pada Website ini dikutib dari ALQURAN DENGAN TERJEMAHAN DAN TAFSIR SINGKAT Yang di terbitkan oleh Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

AL FAATIHAH

Diturunkan : Sebelum Hijrah

Ayatnya : 7 dengan basmallah

Rukuknya : 1

Tempat dan Waktu Diturunkan

Seperti diriwayatkan oleh banyak ahli ilmu hadits, seluruh Surah ini diwahyukan di Makkah dan sejak awal menjadi bagian shalat orang-orang Islam. Surah ini disebut dalam ayat Al Qur’aan, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau tujuh ayat yang selalu diulang-ulang, dan Al Qur’aan yang agung”(15:88). Ayat itu menurut pengakuan para ahli, telah diwahyukan di Makkah. Menurut beberapa riwayat, Surah ini diwahyukan pula untuk kedua kalinya di Madinah. Tetapi, waktunya Surah ini untuk pertama kali turun, dapat ditempatkan pada masa permulaan sekali kenabian Rasulullah saw.

Nama-nama Surah dan Artinya

Nama terkenal untuk Surah pendek ini ialah Faatihatul Kitaab (Surah Pembukaan Al Kitaab), diriwayatkan bersumber pada beberapa ahli ilmu hadits yang dapat dipercaya (Tirmidzi dan Muslim). Kemudian, nama itu disingkat menjadi Surah Al Faatihah atau Al Faatihah saja. Surah ini dikenal dengan beberapa nama dan sepuluh nama berikut ini lebih sah, ialah Al Faatihah, Ash Shalaah, Al Hamd, Ummul Qur’aan, Al Qur’aanul ‘Azhiim, As Sab‘ul Matsaanii, Ummul Kitaab, Asy Syifaa, Ar Ruqyah, dan Al Kanz. Nama-nama ini menerangkan betapa luasnya isi Surah ini.

Nama Faatihatul Kitaab (Surah Pembukaan Al Kitaab) berarti bahwa, karena Surah itu telah diletakkan pada permulaan, ia merupakan kunci pembuka seluruh pokok masalah Alqur’aan. Ash Shalaah berarti bahwa Al Faatihah merupakan do’a yang lengkap lagi sempurna dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari shalat Islam yang sudah melembaga. Al Hamd (Puji-pujian) berarti bahwa Surah ini menjelaskan tujuan agung kejadian manusia dan mengajarkan bahwa hubungan Tuhan dengan manusia adalah hubungan berdasarkan kemurahan dan kasih sayang. Ummul Qur’aan (ibu Al Qur’aan) berarti bahwa Surah ini merupakan intisari seluruh Al Qur’aan, yang dengan ringkas mengemukakan semua pengetahuan yang menyangkut perkembangan akhlak dan kerohanian manusia. Al Qur’aanul ‘Azhiim (Al Qur’aan Agung) berarti bahwa meski pun Surah ini terkenal sebagai Ummul Kitaab dan Ummul Qur’aan, namun tetap merupakan bagian Kitab Suci itu dan bukan seperti anggapan-salah sementara orang, bahwa ia terpisah darinya. As Sab‘ul Matsaanii (Tujuh Ayat yang sering diulang) berarti, ketujuh ayat pendek Surah ini, sungguh-sungguh memenuhi segala keperluan rohani manusia. Nama itu berarti pula bahwa, Surah ini harus diulang dalam tiap-tiap rakaat shalat. Ummul Kitaab (Ibu Kitab) berarti bahwa do’a dalam surah ini, menjadi sebab diwahyukannya ajaran Al Qur’aan. Asy Syifaa (Penyembuh) berarti bahwa Surah ini, memberi pengobatan terhadap segala keraguan dan syak yang biasa timbul dalam hati manusia. Ar Ruqyah (Jimat atau Mantera) berarti bahwa, Surah ini bukan hanya do’a untuk menghindarkan penyakit, tetapi juga memberi perlindungan terhadap syaitan dan pengikut-pengikutnya, dan menguatkan hati manusia untuk melawan mereka. Al Kanz (Khazanah) mengandung arti bahwa Surah ini suatu khazanah ilmu yang tiada habis-habisnya.

Al Faatihah Dinubuwatkan dalam Perjanjian Baru

Tetapi, nama yang terkenal Surah ini adalah Al Faatihah. Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa, nama itu juga tercantum dalam nubuwatan Perjanjian Baru:

“Dan aku melihat seorang Malaikat lain yang kuat turun dari surga, … dalam tangannya ia memegang sebuah gulungan kitab Kecil yang terbuka. Ia menginjakkan kaki kanannya diatas laut dan kaki kirinya di atas bumi,…” (wahyu 10: 1-2).

(Alkitab terdjemahan baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, Djakarta 1974 – peny.)

Kata dalam bahasa Ibrani untuk “terbuka” ialah Fatoah yang sama dengan kata Arab Faatihah. Pula :

“… dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya” (Wahyu 10 : 3).

Tujuh guruh mengisyaratkan kepada tujuh ayat Surah ini.

Para Sarjana Kristen mengatakan bahwa nubuwatan itu mengisyaratkan kepada kedatangan Yesus Kristus kedua kalinya. Hal itu telah dibuktikan oleh kenyataan-kenyataan yang sebenarnya. Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., yang dalam wujudnya nubuwatan tentang kedatangan nabi Isa a.s. kedua kalinya telah menjadi sempurna, menulis tafsir mengenai Surah ini dan menunjukkan bukti-bukti serta dalil-dalil tentang kebenaran da‘wanya dari isi Surah ini dan beliau senantiasa memakainya sebagai do’a yang baku. Beliau menyimpulkan dari tujuh ayat yang pendek-pendek ini, ilmu-ilmu makrifat Ilahi dan kebenaran-kebenaran kekal abadi yang tidak diketahui sebelumnya. Seolah-olah surah ini sebuah kitab yang dimeterai hingga khazanah itu akhirnya dibukakan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. Dengan demikian, sempurnalah nubuwatan yang terkandung dalam Wahyu 10 : 4.

“Dan sesudah ketujuh guruh itu selesai berbicara, aku mau menuliskannya, tetapi aku mendengar suatu suara dari sorga berkata : “Meteraikanlah apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu dan janaganlah engkau menuliskannya!”

Nubuwatan itu menunjuk kepada kenyataan bahwa Fatoah atau Al Faatihah itu untuk sementara waktu, akan tetap merupakan sebuah kitab yang tertutup, tetapi suatu waktu akan tiba, ketika khazanah ilmu rohani yang dikandungnya akan dibukakan. Hal itu telah dilaksanakan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar